Autor: Emil Fitranshah dan Sayuti Rahman
3.1 Analisis Sistem
Pada bab ini akan dibahas analisis
terhadap metode yang akan digunakan dalam pembangunan sistem pengenalan wajah
dengan menggunakan algoritma backpropagation.
Analisis akan dilakukan pada tiap-tiap metode yang akan digunakan dalam proses
pengenalan wajah. Prosedur dari tiap metode akan dirancang dan dianalisis
sehingga dapat dijadikan acuan untuk mebangun sistem berdasarkan hasil dari
analisis tersebut.
Dalam penelitian ini yang
akan dianalisis adalah tahapan membangun aplikasi pengenalan wajah dengan
menggunakan algoritma backpropagation dan bahasan mengenai teknik pengenalan
yang akan digunakan yaitu sebagai preprocesing
adalah face detection, mean filter,
grayscale, tresholding, dan
mengukur titik – titik fitur wajah dengan metode euclidean distance.
3.2 Analisis Prosedur Pengenalan Wajah
Pengenalan wajah
merupakan proses mengenali fitur – fitur pada wajah. Dalam prosesnya pengenalan
wajah dilakukan dengan menggunakan pengolahan pada citra digital yang akan
diuji. Untuk dapat memperoleh informasi atau fitur wajah maka diperlukan
beberapan metode yang saling melengkapi dalam prosesnya dan diperlukan urutan
atau tahap-tahap yang tepat dalam penerapannya.
Pada penelitian ini
analisis dilakukan untuk menentukan prosedur atau tahapan dalam proses
pengenalan wajah. Prosedur atau tahapan dalam proses pengenalan wajah terdiri
dari beberapa tahapan yaitu:
Gambar
3.1. Analisis Prosedur Pengenalan Wajah
Dapat
dilihat bahwa proses pengenalan wajah pada penelitian ini diawali dengan
penerapan proses deteksi wajah atau Face
detection untuk mendeteksi bagian-bagian dari wajah kemudian dilanjutkan
dengan tahapan grayscale, tahapan ini
mengubah warna citra menjadi grayscale.
Proses dilanjutkan dengan filtering dengan mean filter pada citra wajah yang bertujuan untuk menghilangkan noise pada wajah. Setelah melakukan filtering maka akan dilanjutkan pada
tahap menemukan fitur pada wajah.
Pada tahap ini gambar
wajah yang telah difilter kemudian akan ditemukan bagian atau fitur-fitur wajah
seperti mata, hidung, dan mulut. Setelah tahap ini selesai maka akan dilakukan tresholding pada fitur wajah, dimana
fitur wajah akan menjadi hitam dan putih atau biasa disebut dengan citra biner
yang bertujuan agar memudahkan dalam pengukuran fitur wajah. Setelah tahap ini
selesai maka akan dilakukan pengukuran pada fitur wajah, hasil dari pengukuran
tersebut nantinya akan menjadi input pada algoritma backpropagation.
3.2.1 Face
Detection
Ini adalah tahap pertama
dalam preprocessing untuk pengenalan
wajah. Pada tahap ini aplikasi akan melakukan proses pendeteksian pada gambar
yang telah dipilih atau dimasukkan sebelumnya.
Face detection
ini dilakukan menggunakan metode viola–jones.
Di dalam metode viola-jones terdapat
tahapan – tahapan yang dilakukan dalam proses pendeteksian wajah.
Gambar
3.2. Analisis Prosedur Face
Detection
Berikut ini merupakan
penjelasan dari tahapan-tahapan yang ada dalam proses pendeteksian wajah pada
metode Viola-Jones:
1. Fitur
Haar
Untuk mendeteksi adanya fitur wajah pada sebuah image,
proses pertama yang dilakukan oleh metode viola-jones adalah
dengan merubah image tersebut menjadi citra grayscale. Contohnya haar-like
feature dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3. Perubahan
RGB ke Grayscale
Setelah citra image dirubah menjadi citra grayscale,
proses selanjutnya yaitu memilih fitur haar yang ada pada image tersebut
yang dalam metode viola-jones disebut dengan haar like feature.
Teknik yang dilakukan yaitu dengan cara mengkotak-kotakkan setiap daerah pada image
dari mulai ujung kiri atas sampai kanan bawah. Proses ini dilakukan untuk
mencari apakah ada fitur wajah pada area tersebut. Dalam metode viola-jones,
ada beberapa jenis fitur yang bisa digunakan seperti edge-feature, line
feature, dan four-rectangle
feature. Pada proses pemilihan fitur haar, fitur-fitur tersebut digunakan untuk mencari fitur wajah
seperti mata, hidung, dan mulut. Pada setiap kotak-kotak fitur tersebut terdiri
dari beberapa pixel dan akan dihitung selisih antara nilai pixel pada
kotak terang dengan nilai pixel pada kotak gelap. Apabila nilai selisih
antara daerah terang dengan daerah gelap di atas nilai ambang (threshold),
maka daerah tersebut dinyatakan memiliki fitur. Proses pemilihan fitur dapat
dilihat pada gambar 3.4.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFZ645fgKPAkc9o5Pe7dWDR3Flx9VgWeTwaNseB7yKFNeg48wbE6vRlvm9LDtOPiq4GRQcrkvqe3zBLErIlUsFQ3NMZepiEe-5pbI9iLxqjOXrK3S1Go3gESyN8qZfTbO34w7fY3EQfPtZ/s400/24.png)
Gambar 3.4. Haar Like Feature
Untuk mendapatkan hasil dari kotak hitam
dan putih adalah dengan rumusan sebagai berikut:
F = W – B
keterangan :
F = Feature Haar Like
W = Area yang berada pada pixel putih
B = Area yang berada
pada pixel hitam
Bahasan Selanjutnya
Greyscale
Mean
Filter
Fitur
Wajah
Tresholding
Jarak
Fitur
Backpropagation
Pencocokan